Sabtu, 03 November 2007

Sungguh Keterlaluan, Panitia Konser Beyonce yang Memperlakukan Wartawan Semena-Mena

[Kapanlagi Dotcom] - Karena ulah panitia yang memperlakukan wartawan seenaknya, pergelaran penyanyi R&B Beyonce Knowles, di JITEC diboikot. Ketidak beresan konser yang dipromotori Nepathya dan Electronic City Entertainment ini sedari mula sudah tercium khususnya soal peliputan. Semisal syarat tiap media yang diwajibkan menandatangani perjanjian peliputan serta menyerahkan foto kopi KTP untuk mendapatkan ID. Belum lagi antrian yang cukup lama untuk memperoleh tanda masuk peliputan ini. Puncak kekesalan para wartawan akhirnya tak terbendung sebelum konser dimulai, Kamis (1/11). malam.

Dalam briefingnya di lantai 5 hotel Novotel Mangga Dua, pihak panitia mengumumkan bahwa fotografer hanya diperbolehkan memotret dua lagu. Sebetulnya permintaan tersebut tak jadi masalah bila dilakukan dari jarak dekat atau di depan panggung. Namun hal ini menjadi persoalan kala panitia menetapkan tempat untuk pemotretan yakni di belakang penonton kelas festival. Setali tiga uang, para juru kamera pun cuma diperbolehkan menayangkan hasil rekaman 60 detik saja.

Sedangkan media online sama sekali tidak diijinkan memotret. Alhasil puluhan insan pers meradang dan sepakat memboikot konser dengan membakar ID di parkiran mobil lantai 9, tempat menunggu wartawan yang disediakan panitia. Bahkan sebelumnya usai briefing di lantai 5, para pencari berita ini dibariskan bak anak sekolah yang mau masuk kelas. Padahal ada dari mereka yang tiba di sana sejak pukul 17.00 Wib. Tindak kejahatan di lokasi juga terjadi. Seorang fotografer Lampu Merah kehilangan telepon selular saat berdesak-desakan menaiki eskalator menuju pintu masuk pertunjukan.

Menurut Arief, wartawan Pikiran Rakyat, tindakan itu diperbuat sebagai rasa solidaritas sesama wartawan. "Hari kini kita sedih karena teman dari wartawan foto tak dapat akses yang bagus. Percuma kalau kita nulis tapi nggak ada foto. Kayak sayur tanpa garam!" tegasnya diiringi teriakan boikot berkali-kali dari wartawan lain.

Hal yang sama dikatakan pewarta foto The Jakarta Post, Jefry. Ia mengatakan bila panitia mengerti bahwa wartawan adalah pekerjaan profesi. "Masa kita didiamkan di tempat ini? Memang nggak ada yang lebih baik untuk nunggu?" katanya.

Kelar mengeluarkan unek-unek atas ketidak beresan dan ketidak tanggapan panitia, puluhan wartawan melepaskan tanda masuk peliputan termasuk KapanLagi.com lalu ditumpuk untuk dibakar. Kejadian ini sebenarnya tak perlu terjadi jika panitia berlaku bijaksana pada media peliput. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu Java Musikindo pernah berbuat begini tapi kemudian berubah dengan memberikan akses mudah bagi wartawan. (Jumat : 2/11/2007. Sumber Foto : Girl Denmark)

Tidak ada komentar: